Jumat, 16 September 2011

TANDA DAN GEJALA

1. HIPOKSIA
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau penggunaan oksigen di selular. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
  1. Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen,
  2. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi,
  3. Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah, seperti yang terjadi pada kasus keracunan sianida
  4. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti yang terjadi pada kasus pneumonia,
  5. Perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang terjadi pada syok, dan
  6. Kerusakan ventilasi, seperti yang terjadi pada fraktur iga multiple atau trauma dada.

Terdapat 4 kategori hipoksia
  1. Hipoksia hipoksik ditandai oleh rendahnya Po2 darah arteri disertai dengan kurangnya saturasi Hb. Hal ini disebabkan oleh :
Ø  Malfungsi pernapasan yang melibatkan gangguan pertukaran gas, ditandai oleh Po2 alveolus normal, tetapi Po2 arteri berkurang
Ø  Berada di ketinggian atau di lingkungan tersekap dengan Po2 atmosfer yang berkurang sehingga Po2 alveolus dan arteri juga berkurang.
  1. Hipoksia Anemik mengacu kepada penurunan kapasitas darah mengangkut O2. Hal ini dapat ditimbulkan oleh :
Ø    Penurunan sel darah merah dalam sirkulasi
Ø    Jumlah Hb yang tidak adekuat di dalam sel darah merah
Ø    Keracunan CO.
Pada semua kasus hipoksia anemic, Po2 arteri normal, tetapi kandungan O2 darah arteri lebih rendah dari normal karena berkurangnya Hb yang tersedia.
  1. Hipoksia Sirkulasi muncul jika darah beroksigen yang sampai ke jaringan sangat sedikit (kurang). Hipoksia sirkulasi dapat terbatas pada daerah tertentu akibat spasme atau sumbatan vaskuler local. Di pihak lain, tubuh secara keseluruhan dapat mengalami hipoksia sirkulasi akibat gagal jantung kongesif atau syok sirkulasi. Po2 dan kandungan O2 arteri biasanya normal, tetapi darah beroksigen yang mencapai sel terlalu sedikit.
  2. Hipoksia Histotoksik, penyaluran O2 ke jaringan normal, tetapi sel-sel tidak mampu menggunakan O2 yang tersediah untuk mereka. Contoh klasik adalah keracunan sianida. Sianida menghambat enzim-enzim sel yang penting untuk respirasi internal.

Tanda dan Gejala Hipoksia
  • Rasa cemas
  • Gelisah
  • Tidak mampu berkonsentrasi
  • Penurunan tingkat kesadaran
  • Pusing
  • Perubahan perilaku
  • Rasa takut, ansietas
  • Disorientasi
  • Peningkatan keletihan
  • Peningkatan frekuensi nadi
  • Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan
  • Peningkatan tekanan darah
  • Disritmia jantung
  • Pucat
  • Sianosis adalah suatu perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat adanya hemoglobin yang tersaturasi di kapiler, merupakan tanda hipoksia tahap lanjut. Ada tidaknya sianosis bukan merupakan alat pengukur status oksigenasi yang dapat dipercaya. Sianosis pusat yang terlihat di lidah, palatum mole, dan konjungtiva mata, tempat aliran darah tinggi, mengindikasikan hipoksemia. Sianosis perifer, yang terlihat pada ekstremitas, bantalan kuku, dan daun telinga seringkali merupakan akibat vasokonstriksi dan aliran darah yang mengalami stagnasi.
  • Clubbing
  • Dispnea
Hipoksia merupakan kondisi yang mengancam kehidupan. Apabila tidak ditangani, kondisi ini menyebabkan disritmia jantung, yang mengakibatkan kematian. Hipoksia ditangani dengan pemberian oksigen dan mengobati penyebab yang mendasari hipoksia, seperti obstruksi jalan napas.


2. HIPOKAPNIA
Hipokapnia adalah CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. Hipokapnia juga merupakan penurunan jumlah karbon dioksida dalam darah yang disebabkan oleh hiperventilasi. Seperti halnya ventilasi, yang dianggap memadai bila suplai O2 seimbang dengan pembentukan CO2. CO2 mudah sekali mengalami difusi sehingga tekanan CO2 dalam udara alveolus sama dengan tekanan CO2 dalam darah arteri; sehingga PaCO2 merupakan gambaran ventilasi alveolus yang langsung dan segera yang berhubungan dengan kecepatan metabolisme. Dengan demikian PaCO2 digunakan untuk menilai kecukupan ventilasi alveolar karena pembuangan CO2 dari paru seimbang dengan sehingga PaCO2 langsung berkaitan dengan produksi CO2 ( CO2) dan sebaliknya berkaitan dengan ventilasi alveolar: PaCO2 α CO2/ . Ventilasi yang memadai akan mempertahankan kadar PaCO2 sebesar 40 mmHg. Hipokapnia terjadi apabila PaCO2 kurang dari 35 mmHg. Penyebab langsung retensi CO2 adalah hipoventilasi alveolar (ventilasi kurang memadai, untuk mengimbangi pembentukan CO2).  Kehilangan CO2 dari paru yang berlebihan (hipokapnia) akan terjadi apabila terjadi hiperventilasi (ventilasi dalam keadaan kebutuhan metabolisme meningkat untuk membuang CO2).
Tanda dan Gejala Hipokapnia :
  • Sering mendesah
  • Menguap
  • Pusing
  • Palpitasi
  • Tangan dan kaki kesemutan
  • Baal
  • Kedutan otot
  • Kejang
3. HIPERKAPNIA
Hiperkapnia adalah Kelebihan CO2 dalam darah arteri. Beberapa mekanisme yang menyebabkan hipekapnia adalah :
  1. Drive respiratory yang insufisien
  2. Defek ventilatori pump
  3. Beban kerja yang sedemikian besar sehingga terjadi kecapaian pada otot pernapasan dan penyakit intrisik paru dengan ketidakseimbangan V/Q yang berat.
Keadaaan hiperkapnia hampir selalu merupakan indikasi adanya insufisiensi atau gagal napas. PaCO2 = k X VCO2/VA. Meningkatnya VCO2 dapat disebabka oleh febris, kejang, agitasi atau factor lainnya. Keadaan ini biasanya terkompensasi dengan meningkatnya VA secara cepat. Hiperkapnia terjadi hanya apabila VA terjadi peningkatan hanya sedikit.

4. HIPOVENTILASI
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi. Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan menyebabkan hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi. Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1 sampai 3 liter]) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas, sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.



Tanda dan Gejala Hipoventilasi
  • Pusing
  • Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga)
  • Letargi
  • Disorientasi
  • Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
  • Disritmia jantung
  • Ketidakseimbangan elektrolit
  • Konvulsi
  • Koma
  • Henti Jantung
Apabila tidak ditangani, maka kondisi klien akan menurun dengan cepat. Akibatnya, dapat terjadi kebingungan, tidak sabar dan kematian.
      Terapi untuk menangani hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang mendasari gangguan tersebut, kemudian tingkatkan oksigenasi jaringan, perbaiki fungsi ventilasi, dan upayakan keseimbangan asam-basa.

5. HIPERVENTILASI
Tujuan ventilasi adalah menghasilkan tegangan karbon dioksida di arteri yang normal (PaCO2) dan mempertahankan tegangan oksigen di arteri yang normal (PaO2).
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbon dioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok. Ansietas akut dapat mengarah kepada hiperventilasi dan menyebabkan kehilangan kesadaran akibat ekshalasi karbon dioksida yang berlebihan. Demam menyebabkan hiperventilasi. Untuk setiap peningkatan satu derajat Fahrenheit, terdapat peningkatan kecepatan metabolism sebesar 7%, sehingga menyebabkan peningkatan produksi karbon dioksida. Respons klinis yang dihasilkan ialah peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Hiperventilasi juga disebabkan kimiawi. Keracunan salisilat (aspirin) menyebabkan kelebihan stimulasi pada pusat pernapasan karena tubuh berusaha mengompensasi kelebihan karbon dioksida. Amfetamin juga meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan produksi karbon dioksida.
Hiperventilasi juga dapat terjadi ketika tubuh berusaha megompensasi asidosis metabolic dengan memproduksi alkalosis respiratorik. Ventilasi meningkat untuk menurunkan jumlah karbon dioksida yang tersedia untuk membentuk asam karbonat.

Tanda dan gejala Hiperventilasi
  • Takikardia
  • Napas pendek
  • Nyeri dada
  • Pusing
  • Sakit kepala ringan
  • Disorientasi
  • Paretesia
  • Baal (pada ekstremitas, sirkumoral)
  • Tinitus
  • Penglihatan yang kabur
  • Tetani (spasme karpopedal)
Hemoglobin tidak membebaska oksigen ke jaringan dengan mudah sehingga terjadi hipoksia jaringan. Apabila gejala memburuk, klien menjadi lebih terganggu, yang pada tahap lanjut akan meningkatkan frekuensi pernapasan dan menyebabkan alkalosis respiratorik.